11. Kemudian pemilik kebun itu menyuruh hambanya yang lain. Tetapi sekali lagi mereka mencaci maki dan memukulinya, mengusirnya, lalu dia pulang dengan tangan kosong.
12. Lagi-lagi pemilik kebun itu menyuruh hambanya yang ketiga. Tetapi mereka memukuli dia lagi— bahkan sampai melukainya. Lalu mereka menyeretnya keluar dari kebun itu.
13. “Akhirnya pemilik kebun itu berpikir, ‘Sekarang, apa yang akan aku lakukan? Aku akan mengutus anakku satu-satunya— yang sangat kukasihi. Mungkin mereka akan menyegani dan menghormati anakku sendiri.’
14. Tetapi ketika para petani itu melihat anak pemilik kebun itu datang, mereka berkata satu sama lain, ‘Lihat! Yang datang ini adalah anaknya sendiri! Dia yang akan menjadi ahli waris kebun ini kalau bapaknya sudah meninggal. Mari kita bunuh dia, supaya kebun ini menjadi milik kita!’
15. Lalu mereka menyeret anaknya itu keluar dari kebun itu dan membunuhnya.“Jadi coba pikir: Kalau sudah begitu, apa lagi yang akan diperbuat oleh pemilik kebun itu kepada mereka?
16. Tentu dia sendiri yang akan datang dan membunuh para petani itu. Lalu dia akan menyewakan kebunnya itu kepada petani-petani yang lain.”Lalu orang-orang yang sedang mendengarkan Yesus itu berkata, “Wah! Jangan sampai hal itu terjadi!”
17. Tetapi Yesus memandangi mereka dan berkata, “Kalau begitu, coba kalian artikan ayat dari Kitab Suci ini,‘Batu yang dianggap tidak berguna oleh tukang-tukang bangunansudah dijadikan Allah sebagai batu fondasi yang terutama.’
18. Dan Aku berkata kepada kalian: Setiap orang yang tersandung pada batu itu akan hancur. Dan setiap orang yang tertimpa batu itu akan hancur lebur.”
19. Lalu para ahli Taurat dan para imam kepala yang sedang mendengarkan Yesus menyadari bahwa melalui perumpamaan itu Yesus sudah berkata, “Kalian pemimpin Yahudi seperti para petani yang jahat itu!” Oleh karena itu, mereka ingin menangkap Yesus pada saat itu juga. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak yang mengagumi Yesus itu bisa marah dan langsung bertindak terhadap mereka.