5. Tetapi mengenai hal itu ayat lain menuliskan, “Mereka tidak akan pernah masuk ke dalam negeri tenang yang sudah Ku-siapkan bagi mereka.”
6. Jadi negeri itu masih terbuka dan kita masih mempunyai kesempatan untuk masuk ke situ. Tetapi nenek moyang kita yang sudah lebih dulu mendengarkan Kabar Baik itu sudah gagal masuk, karena mereka menolak untuk percaya kepada Allah.
7. Karena itu Allah menentukan lagi suatu hari yang lain sebagai kesempatan untuk masuk ke dalam negeri itu. Yaitu ayat yang saya kutip dari Mazmur di atas yang menyebutkan ‘hari ini’— di mana sesudah bertahun-tahun kemudian Allah berkata tentang hari itu melalui Raja Daud,“Hari ini, ketika kalian mendengar suara-Ku,janganlah keraskan hati kalian seperti nenek moyang kalian.”
8. Karena kalau saja Yosua benar-benar berhasil membawa bangsa Israel masuk ke ‘negeri tenang’ yang dijanjikan Allah, maka Allah tidak perlu lagi menentukan kesempatan yang lain untuk masuk ke negeri itu!
9. Jadi hal itu menunjukkan bahwa masih ada kesempatan bagi kita umat Allah untuk memasuki “negeri tenang” Allah itu— yaitu suatu ketenangan rohani yang bisa digambarkan seperti berhenti bekerja pada Hari Sabat.
10. Semua yang masuk ke dalam negeri itu beristirahat dari segala pekerjaan mereka masing-masing, sama seperti Allah sampai sekarang masih beristirahat dari segala pekerjaan-Nya sejak hari ketujuh yang pertama itu.
11. Karena itu, marilah kita lebih giat dan rajin lagi supaya kita masuk dan hidup dalam ‘negeri tenang’ itu. Jangan sampai ada di antara kita yang gagal seperti nenek moyang kita yang menolak untuk percaya kepada Allah.