1. Sebagai gambaran bagi kita: Ketika seorang bapak yang sudah membuat surat warisan meninggal sebelum anaknya dewasa, maka kedudukan anak itu tidak jauh berbeda dengan kedudukan seorang budak— padahal secara tertulis anak itulah yang mempunyai semua warisan bapaknya itu.
2. Karena selama anak itu belum mencapai umur yang ditentukan oleh bapaknya di dalam surat warisan itu, dia harus taat kepada para pengawas dan pengurus yang sudah ditentukan untuk mengurus segala keperluannya.
3. Begitu juga dengan kita. Selama kita masih belum dewasa secara rohani, kita perlu Hukum Taurat yang menjadi seperti pengawas kita, karena kita masih diperbudak oleh para penguasa gelap yang memerintah di dunia ini.
4. Tetapi tepat pada waktu yang sudah ditentukan Allah Bapa kita di surga, Dia mengutus Anak-Nya ke dunia ini. Dan sesuai dengan rencana Allah, Yesus dilahirkan oleh seorang gadis seperti manusia biasa, dan sejak kelahiran-Nya Dia hidup menaati seluruh Hukum Taurat.
5. Dengan demikian Yesus dipersiapkan untuk bisa menebus dan membebaskan kita yang dulu hidup seperti budak di bawah pengawasan Hukum Taurat. Dan hal itu dilakukan-Nya supaya secara rohani kita diangkat menjadi anak-anak Allah.
6. Jadi karena kita adalah anak-anak-Nya, Dia mengutus Roh Anak-Nya ke dalam hati kita masing-masing. Karena itu dengan segenap hati kita berseru kepada Allah, “Ya, Abba, Bapaku,” karena kita berdoa sesuai dengan pimpinan Roh Kristus.
7. Hal itu menjadi bukti bagi kita bahwa kita tidak lagi seperti budak, tetapi diterima sebagai anak-anak Allah yang sah. Dan sebagai anak-anak-Nya, kita juga berhak mewarisi semua hal yang dijanjikan kepada anak-anak-Nya.
12-13. Jadi Saudara-saudari, saya mohon supaya kalian bebas dari aturan-aturan agama lama itu— sebagaimana saya sudah menyesuaikan diri dan tidak mengikuti semua aturan Yahudi selama saya hidup bersama kalian.Kalian tentu masih ingat bahwa kunjungan saya yang pertama terjadi karena saya sedang sakit. Tetapi hal itu justru menjadi kesempatan bagi saya untuk memberitakan Kabar Baik kepada kalian. Ingatlah cara kalian menerima saya dengan baik dan tidak pernah mengejek saya.
15-16. Tetapi sekarang saya merasa bahwa pendapat kalian tentang saya sudah sangat berubah! Dulu kalian merasa diberkati karena kehadiran saya. Tetapi sekarang mungkin kalian menganggap saya seperti musuh karena saya menulis hal-hal yang benar ini kepada kalian! Saya mengingatkan kalian bahwa dulu kalian begitu sayang kepada saya, sampai kalian bersedia mencabut mata sendiri untuk menggantinya dengan mata saya— kalau hal itu mungkin!
22-23. Karena di situ tertulis, Abraham mempunyai dua anak laki-laki. Anak yang satu— Ismael, anak dari seorang perempuan budak yang bernama Hagar, dan Ismael dilahirkan seperti biasa— sesuai dengan rencana manusia. Sedangkan anak yang satu lagi— Isak, anak dari perempuan yang bukan budak yang bernama Sara. Kelahiran Isak terjadi secara luar biasa— sesuai dengan janji Allah kepada Abraham.
24-25. Kita bisa gambarkan kedua perempuan itu sebagai lambang dari kedua perjanjian Allah— yang lama dan yang baru. Yang pertama— yaitu Hagar, juga bisa digambarkan seperti Gunung Sinai di negeri Arab— di mana Allah memberikan Hukum Taurat kepada Musa. Jadi semua yang masih hidup terikat kepada Hukum Taurat menjadi seperti keturunan Hagar secara rohani— yaitu mereka yang hidup dalam keadaan seperti budak. Dengan gambaran lain, anak-anak Hagar adalah semua orang yang menganggap Yerusalem yang sekarang sebagai ibukota negara mereka. Maksudnya, mereka menganggap diri belum dibebaskan dari ikatan Hukum Taurat.