4. Di depan kamar-kamar itu, di sebelah dalam ada lorong yang lebarnya lima meter dan panjangnya lima puluh meter. Pintu-pintunya menghadap ke utara.
5. Kamar-kamar di tingkat atas lebih sempit daripada kamar-kamar di tingkat-tingkat bawahnya, sebab lorong-lorong di depan kamar-kamar di atas itu lebih lebar daripada yang ada di bawahnya.
6. Kamar-kamar itu bertingkat tiga dan tidak ditopang oleh tiang-tiang seperti pada gedung-gedung di halaman.
11. Di depan kamar-kamarnya ada sebuah lorong yang sama seperti lorong di sebelah utara. Ukurannya sama, modelnya sama, dan pintu-pintunya pun sama.
12. Di bawah kamar-kamar di sisi selatan, yaitu di ujung timur pada pangkal tembok, ada juga sebuah pintu.
13. Laki-laki itu berkata kepadaku, “Kedua bangunan itu suci. Di situ, para imam yang boleh menghadap kehadiran Tuhan, memakan kurban-kurban yang paling suci. Di situ juga harus mereka tempatkan kurban-kurban yang paling suci, yaitu: kurban gandum dan kurban penghapus dosa atau kurban ganti rugi.
14. Jika para imam selesai bertugas di Rumah Tuhan, dan mau pergi ke pelataran luar, maka pakaian khusus yang mereka pakai waktu melayani ibadat harus mereka tinggalkan di kamar-kamar itu. Mereka harus memakai pakaian lain, setelah itu barulah mereka boleh pergi ke tempat rakyat berkumpul.”
15. Sesudah laki-laki itu selesai mengukur bangunan Rumah Tuhan sebelah dalam, ia membawa aku keluar melalui gerbang timur, lalu mengukur bagian keliling Rumah Tuhan.
16. Dengan tongkat pengukurnya ia mengukur sisi sebelah timur: 250 meter.