14. Dengan itu terjadilah yang dinubuatkan Nabi Yesaya,‘Allah berkata:Mereka akan terus mendengartetapi tidak mengerti;mereka akan terus memperhatikantetapi tidak tahu apa yang terjadi.
15. Sebab pikiran orang-orang ini sudah menjadi tumpul,telinga mereka sudah menjadi tuli dan mata mereka sudah dipejamkan.Ini terjadi supaya mata mereka jangan melihat,telinga mereka jangan mendengar,pikiran mereka jangan mengertidan jangan kembali kepada-Ku,lalu Aku menyembuhkan mereka.’ ”
16. “Tetapi alangkah beruntungnya kalian,” kata Yesus kepada pengikut-pengikut-Nya, “sebab kalian sungguh melihat dan mendengar.
17. Ingatlah, banyak nabi dan orang yang taat kepada Allah ingin melihat yang kalian lihat sekarang ini, tetapi mereka tidak melihatnya. Mereka ingin mendengar apa yang kalian dengar sekarang ini, tetapi mereka tidak mendengarnya.”
18. “Dengarlah apa arti perumpamaan tentang penabur itu.
19. Benih yang jatuh di jalan ibarat orang-orang yang mendengar kabar tentang bagaimana Allah memerintah, tetapi tidak mengerti. Si Jahat itu datang dan merampas apa yang sudah ditabur dalam hati mereka.
20. Benih yang jatuh di tempat yang berbatu-batu, ibarat orang-orang yang mendengar kabar itu, dan langsung menerimanya dengan senang hati.
21. Tetapi kabar itu tidak berakar dalam hati mereka, sehingga tidak tahan lama. Begitu mereka menderita kesusahan atau penganiayaan karena kabar itu, langsung mereka murtad.
22. Benih yang jatuh di tengah-tengah semak berduri ibarat orang-orang yang mendengar kabar itu, tetapi khawatir tentang hidup mereka dan ingin hidup mewah. Karena itu kabar dari Allah terhimpit di dalam hati mereka sehingga tidak berbuah.
23. Dan benih yang jatuh di tanah yang subur ibarat orang-orang yang mendengar kabar itu dan memahaminya. Mereka berbuah banyak, ada yang seratus, ada yang enam puluh, dan ada yang tiga puluh kali lipat hasilnya.”
24. Yesus menceritakan lagi sebuah perumpamaan kepada orang banyak, kata-Nya, “Apabila Allah memerintah, keadaannya seperti perumpamaan ini: Seorang petani menabur benih yang baik di ladangnya.
25. Pada suatu malam, ketika semua orang sedang tidur, musuh petani itu datang menabur benih alang-alang di antara gandum itu, lalu pergi.
26. Ketika tanaman-tanaman itu tumbuh dan mayang-mayangnya mulai muncul, kelihatanlah juga alang-alang itu.
27. Lalu orang-orang gajian petani itu datang kepada petani itu dan berkata, ‘Tuan, bukankah Tuan menanam benih yang baik di ladang Tuan? Bagaimana jadinya sampai ada alang-alang di sana?’
28. Petani itu menjawab, ‘Itu perbuatan musuh.’ Lalu orang-orang gajian petani itu bertanya lagi, ‘Tuan mau kami pergi mencabut alang-alang itu?’
29. ‘Tidak,’ jawabnya, ‘sebab kalau alang-alang itu dicabut, nanti gandumnya turut tercabut.