Hakim-Hakim 18:4-9-10 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)

4. Orang muda itu menjawab, “Saya di sini karena Mikha. Dialah yang mengangkat saya menjadi imamnya, dan memberi gaji kepada saya.”

5. Lalu kata mereka kepadanya, “Kalau begitu, tolong tanyakan kepada Allah apakah perjalanan kami ini akan berhasil atau tidak.”

6. Jawab imam itu, “Jangan khawatir. Tuhan telah merestui perjalanan kalian ini.”

7. Setelah itu berangkatlah kelima orang itu lalu pergi ke Lais. Di situ mereka memperhatikan penduduknya. Nyatalah bahwa cara hidup penduduk Lais itu seperti cara hidup bangsa Sidon. Walaupun mereka terpencil, dan jauh dari bangsa Sidon, mereka hidup aman dan tentram, tidak mempunyai musuh, makmur, serta tidak kurang sesuatu apa pun.

8. Ketika kelima orang itu kembali kepada orang-orang sesukunya di Zora dan Esytaol, mereka diminta memberikan laporan.

9-10. Mereka pun berkata, “Mari kita menyerang Lais. Kami sudah ke sana, dan melihat bahwa tanahnya baik, luas dan makmur, segalanya ada. Jangan tetap saja di sini dan tidak berbuat apa-apa. Cepatlah ke sana dan merebut negeri itu. Kalian akan mendapati bahwa penduduknya sama sekali tidak menyangka akan diserang. Kami yakin Allah telah memberikan negeri itu kepada kalian.”

11. Karena itu, berangkatlah dari Zora dan Esytaol 600 orang suku Dan. Dengan senjata lengkap,

12. mereka pergi ke bagian barat Kiryat-Yearim di wilayah Yehuda lalu berkemah di situ. Itulah sebabnya tempat itu masih dinamakan Perkemahan Dan.

13. Dari sana mereka berjalan terus ke daerah pegunungan Efraim sampai ke rumah Mikha.

14. Kelima orang mata-mata yang dahulu diutus itu berkata kepada kawan-kawannya, “Tahukah kalian bahwa di salah satu rumah ini ada patung yang berlapis perak? Ada juga patung-patung lain dan efod. Coba pikirkan apa yang harus kita buat.”

15. Lalu mereka pergi ke rumah Mikha, tempat pemuda Lewi itu tinggal, dan menanyakan keadaannya.

16. Pada waktu itu keenam ratus prajurit suku Dan, yang bersenjata lengkap itu, sedang berdiri di depan pintu gerbang.

17. Kelima mata-mata itu langsung masuk ke dalam rumah, lalu mengambil patung kayu yang berlapis perak itu bersama dengan patung-patung lainnya, dan efod.Pemuda Lewi itu sedang berdiri dengan keenam ratus prajurit itu di pintu gerbang.

18. Ketika kelima orang itu masuk ke rumah Mikha dan mengambil efod serta patung-patung berhala itu, pemuda Lewi itu bertanya, “Apa ini yang kalian lakukan?”

19. Mereka menjawab, “Diam! Jangan bertanya. Ikut saja dengan kami, nanti engkau menjadi imam dan penasihat kami. Daripada menjadi imam untuk satu keluarga saja, lebih baik menjadi imam untuk satu suku!”

20. Pemuda Lewi itu senang dengan saran itu. Jadi, ia mengambil efod dan patung-patung berhala itu lalu ikut dengan mereka.

21. Kemudian rombongan itu meneruskan perjalanan mereka, didahului oleh anak-anak, ternak dan barang-barang mereka.

22. Ketika mereka sudah jauh, Mikha memanggil tetangga-tetangganya lalu bersama-sama mengejar orang-orang suku Dan itu. Setelah dekat dengan mereka,

23. Mikha dan orang-orangnya itu berteriak-teriak kepada mereka. Orang-orang suku Dan itu menoleh dan bertanya kepada Mikha, “Ada apa? Mengapa datang dengan begitu banyak orang?”

24. Mikha menjawab, “Kamu melarikan patung-patung saya dan imamnya, sehingga saya tidak mempunyai apa-apa lagi, lalu kamu berkata, ‘Ada apa!’ ”

25. Kata orang-orang suku Dan itu, “Lebih baik tutup mulut; jangan sampai orang-orang ini menjadi marah lalu menyerang engkau. Nanti engkau dan seluruh keluargamu mati.”

26. Setelah mengatakan demikian, orang-orang suku Dan itu meneruskan perjalanan mereka. Mikha melihat bahwa mereka jauh lebih kuat dari dia, karena itu ia membalik lalu pulang.

29. Nama kota itu mereka ganti menjadi Dan, menurut nama bapak leluhur mereka, yaitu Dan, anak Yakub.

30. Patung berhala yang mereka bawa itu, mereka dirikan di kota itu lalu mengangkat Yonatan, anak Gersom, cucu Musa, menjadi imam mereka. Keturunan Gersom ini tetap menjadi imam suku Dan itu sampai masa umat Israel diangkut dan dibuang ke negeri lain.

31. Patung berhala buatan Mikha itu tetap di Lais selama Kemah Tuhan berada di Silo.

Hakim-Hakim 18